Minggu, 25 November 2018

Autumn is here!







Bulan November menyapa ku, suhu semakin menurun setiap harinya. Dipagi hari suhu bisa menjacai 40c sedang disiang hari sangat bersyukur jika suhu mencapai belasan derat meski sangat jarang. Saat sore menjelang malam suhu tidak main-main dinginnya memaksa ku menggunakan pakean berlapis-lapis saat berada diluar apato. Tidak ku hiraukan lagi tubuh yang akan terlihat ‘bengkak’ akibat pakean yang bisa mencapai empat lapis lalu disempurnakan dengan sebuah jaket diluar, bagi ku tubuh tetap hangat adalah prioritas utama walau telapak tangan ku tetap beku bagai disiram air es mungkin hanya butuh seseorang untuk menggenggamnya agar menjadi hangat karena menggunakan sarung tangan akan membuat ku terlihat ‘aneh’.


Memasuki bulan Noveber, Autum atau musim gugur menyapa ku. Pepohonan yang daunnya dulunya berwarna hijau kini mulai menguning perlahan, setiap harinya memesona ku dengan anggunnya. Kata beberapa orang, aku beruntung! Karena tidak jarang keistimewaan musim gugur berlalu begitu saja bahkan tanpa sempat menampakkan eksistensinya harus rela mengucap kata pamit akibat perubahan suhu yang sangat ekstrim. Dikondisi seperti ini, daun-daun akan langsung menjadi coklat tanpa sempat melewati proses panjang yang selalu dinantikan mata. Mata tidak dipersilahkan menikmati indahnya dedaunan yang memiliki gradasi warna dalam satu pohon namun para daun tiba-tiba saja menjadi coklat lalu berguguran ditanah dan para dahan menunggu datangnya musim dingin.

Tapi, Autum ku berbeda. Aku dipersilahkan menikmati pepohonan yang daunnya menjadi merah bagaikan buah yang memenuhi pohon. Aku pun disuguhi betapa indanya Koyo atau yang lebih dikenal dengan sebutan momiji sebuah proses perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning, jingga hingga merah dimusim gugur. Jika musim semi punya bunga sakura, musim dingin punya salju, musim gugur punya momiji tapi aku punya kamu :D
 


Banyak yang salah sangka bahkan diriku pun salah satunya. Dulu aku mengenalnya sebagai pohon momiji padahal sebenarnya momoji adalah proses perubahan warna sedang pohon yang mengalami proses momiji ada banyak salah satunya yang paling terkenal adalah daun Maple si daun lima jari kata teman-teman ku yang dulunya sangat sering ku sebut daun momiji :D

Pohon Maple banyak dijumpai di Jepang, Cina, korea juga Rusia tapi kini beberapa negara lain juga mulai mengembangbiakkannya. Daunnya berbentuk telapak tangan dengan lima jari hingga tujuh. Sedangkan  bunganya memiliki lima mahkota dengan warna merah atau ungu. Sungguh, mereka sangat-sangat cantik dan memesona mata ku sejak perjumpaan kami yang pertama.

Hal lain yang membuat ku semakin beruntung, pohon Maple yang sedang mengalami proses momiji berjejer rapi di seberang jalan tepat didepan jendela kamar ku. Hal yang paling menyenangkan ketika membuka tirai jendela dipukul enam pagi waktu Tsukuba adalah melihat perubahan warna mereka setiap paginya. Masyaa Allah... terkadang hati bertanya-tanya, apa benar saat ini kaki sedang berkelana jauh dari rumah? Terbentang laut panjang dan ribuan pegunungan.


Sebentar lagi, daun-daun dipohon akan berguguran mencai tanah. Momiji tidak akan berlangsung lama. Dua minggu adalah waktu yang cukup bagi para daun untuk membuat mata terpesona. Setelahnya, dahan-dahan akan bersiap menyambut datangnya musim yang identik dengan salju.


Seiring bergulirnya waktu, seiring dedaunan yang berubah warna, waktu bergulir terasa sangat cepat dan waktu kepulangan ku pun semakin dekat. Pada akhirnya aku harus angkat kaki dan kembali berseru dengan rumah sebuah tempat ternyaman untuk kembali pulang. Ada banyak rindu yang ingin ku tuntaskan. Ada banyak cerita yang ingin ku bagikan. Pun ada ada ratusan potret kota ini yang ingin ku bagikan.

Lalu aku sadar, satu rindu yang ku tuntaskan berarti satu rindu baru untuk ku mulai. Kelak, kota ini akan menjadi rindu ku. Tempat dimana kedua kaki ku pernah berpijak. Ada hari yang telah kugunakan untuk menghirup udaranya dan mencicipi banyak hal tentangnya. Walau kota ini tidak banyak dikenal, bagi ku kota ini istimewa dengan segala keindahannya yang memikat mata juga hati ku.




09 November 2018
12.25 waktu Tsukuba

Rabu, 21 November 2018

First Takoyaki (Visit Japan)

Ditulis 08 September 2018



Malam ini, aku sedang berbaring diatas kasur lipat dibawah selimut tebal mencari kehangatan untuk malam yang dingin. 23°c suhu saat ini dan sepertinya akan terus menurun mengingat kini telah memasuki masa akhir musim panas sekaligus peralihan menuju musim semi yang ku tunggu-tunggu.

Malam ini, Takoyaki menjadi santapan malam kami. sebuah makanan khas jepang yang berbentuk bola. Perlahan, aku belajar membuatnya, menyenangkan dan cukup mudah untuk ku yang tak pandai di dapur.



kami duduk didepan tv sambil memasak takoyaki, seraya menyaksikan siaran berita di tv. Yah, setelah angin topan hebat mengguncang jepang beberapa hari yang lalu, esoknya sebuah gempa kembali menyapa. Gempa yang tidak bisa disebut biasa, nyatanya gempa kali ini menyebabkan beberapa gunung menjadi longsor dan persawahan terbelah menjadi dua seakan membuka sebuah jalan yang entah untuk siapa. Bisa dibilang gempa kali ini lebih dahsyat ketimbang gempa lombok dan gempa ini akan terus terjadi setiap tahunnya. Bisa dibilang bencana alam adalah santapan wajib bagi negeri yang tergolong negara maju ini. Pemerintah jepang cukup terguncang kali ini, seakan tak ada habis-habisnya soal ujian untuk mereka. Tapi satuhal yang ku pelajari dari negeri ini, fakta bahwa seseorang yang kuat tidak pernah terlahir dari guncangan yang ringan! Dia yang berdiri kokoh hari ini adalah dia yang telah sukses menghadapi ribuah rintangan dan dia yang hari ini memesona, membuat iri dengan semua yang dia punya ternyata adalah dia yang dahulu pernah diterjang badai, gempa, topan bahkan tsunami dahsyat. Mungkin kita harus sedikit belajar, tak hanya iri dengan kesuksesan yang orang lain raih hari ini, tapi juga dengan raaa sakit dan perjuangan yang ia dekap untuk bisa sampai pada titik itu sekarang.

Aku kembali teringat tentang malam dimana angin topan masih bertamasya melahap apapun yang ia temui di beberapa kota, mata ku tak mampu terpejam karena angin yang sangat ribut diluar sana, memaksa para dedaunan membuat suara ribut dan pepohonan menari-nari tapi sebenarnya yang paling membuat ku tidak bisa tidur adalah ketika Apato bergetar hebat, meja dan lemari bergoyang. pikir ku saat itu adalah "betapa dahsyatnya angin diluar sana? apato sampai bergetar karenanya" dan esok paginya aku kembali terbangun karena merasakan guncangan yang sama seperti malam harinya, atap bergetar begitupun lantai tempat ku berbaring. Kakak tiba-tiba menggeser pintu kamar lalu berkata "Tadi ngerasain gempa?"
"Tadi itu gempa?" tanya ku.
"Iya, kayaknya hampir 5" aku tercengang. Sarapan pagi yang sangat luar biasa sedang ku santap saat itu. Lalu mengapa kami semua baik-baik saja? ternyata, rahasianya adalah setiap bagunan yang ada dijepang dirancang anti gempa. maka, saat gempa terjadi tak lantas memporak porandakannya. Aku sersyukur juga kagum.

Hal yang baru ku dengar dari kakak beberapa hari yang lalu, sebelum kedatangan ku, sebuah jembatan rubuh akibat gempa dan setelah tiga hari semua kembali pulih seperti sedia kala, seakan tak pernah terjadi apa-apa. Mengagumkan, tpak salah jika negeri ini dinobatkan sebagai negara maju. selain tentang arsiterktur mengagumkan yang akan ku ceritakan di postingan selanjutnya juga tentang betapa tertib meski sedikit egoisnya negeri ini

tak lupa dalam sesi memasak kami malam ini terselip cerita tentang cinta juga rasa. "Banyak laki² diluar sana yang terlihat baik bahkan sangat baik, tapi tidak menjadi jaminan dia mampu meneria setiap kekurangan dan mau berbagi sayang pada keluarga. Cari laki² yang tidak hanya mencintai istrinya tapi juga keluarga istrinya. karena setiap laki-laki memiliki caranya dalam mencintai dan tidak semua laki² mampu menerima seperti wanita menerima" kurasa kakak benar, sesungguhnya sesempurna apapun seseorang, semakin mengenalnya maka akan semakin teihat cela darinya.

sepertinya cinta memang tak hanya sebatas kata sayang atau I love you, tapi sebuah rasa yang terus tumbuh meski cara menyampaikannya telah berubah :)

Entah hal apa lagi yang esok akan ku pelajari tentang negeri ini. Tapi apapun itu, seperti kata seseorang, "Sejauh apapun kaki melangkah, akan ada titik jenuhnya juga. Dan hanya rumahlah tempatnya kembali pulang"

Aku tak pernah tau tentang apakah menyenangkan membaca tulisan-tulisan yang kubuat, yang ku tau hanyalah terasa hangat setiap kali selesai menulisnya :)


Ayy
selamat malam untuk rasa juga udara dingin yang menembus cela-cela jendela malam ini.

Tsukuba, 2018

Disambut Topan (Visit Japan)

Ditulis 04/09/2018
Image result for topan tanggal 4 september 2018 di jepang


Hari ini angin topan terbesar di Jepang sepanjang tahun 2018 meninggalkan banyak cerita. Beberapa kota dinegeri sakura ini diporak-porandakan. Angin ditahun ini sama persis seperti angin topan 25 tahun yang lalu.
Image result for topan tanggal 4 september 2018 di jepang
Seluruh stasiun tv dipenuhi oleh berita, terekam jelas bagaimana puluhan kendaraan seperti mobil dan motor berterbangan bebas dan saling menghantan. Di Tokyo puluhan mobil terbakar dan menyisakan asap hitam pekat juga tebal sedang di Osaka sebuah kapal menghantam jembatan menuju pelabuhan menyebabkannya terbelah menjadi dua.

Sebelumnya, topan hari ini memang telah diperkirakan. Dengan kecanggihan teknologi arah anginpun mampu dibaca. Aku bersyukur Stukuba hanya mendapatkan ekor topan sehingga kendaraan masih mampu melaju dengan mulus dijalan raya meskipun angin diluar tidak bisa dibilang 'santai'. Saat aku menulis ini, kain penutup jendela terus bergoyang diterpa angin melalui cela-cela jendela meskipun cendela telah ku kunci sejak sore tadi. Pepohonan menari-nari diterpa angin dan menimbulkan suara berisik hingga ke kamar. beberapa kali terdengar suara benda-benda yang entah apa menghantam apato (apartemen).

Suhu saat ini 28°c cukup hangat disaat angin berhembus kencang mungkin karena masih musim panas sehingga hawa yang terasa tetaplah hawa musim panas.

Baru saja diberita menampilkan bahwa sebuah tiang listrik harus pasrah menyentuh tanah dan kabel-kabelnya berserakan.

Semoga tak ada lagi kerusakan yang terjadi, semoga esok hari menjadi tenang kembali, dan semoga topan juga badai berikutnya yang tersisa ditahun ini tak lagi menyisahkan cerita seperti hari ini :)

Terimakasih untuk semua doa, rasa khawatir juga perhatian yang terus mengalir sejak sore tadi untuk ku. Allahmdulillah aku baik berkat doa kalian💜

-Ayy-
Berkawan angin kencang dan berita tentang topan
Tsukuba, 2018

Minggu pertama di Tsukuba

 Ditulis 05 September 2018

Pukul 10.04 waktu Stukuba.
Saat ini aku sedang duduk diatas ayunan seorang diri ditaman depan tempat tinggal kami. Dibawah gerimis, ku ayunkan jemari mengetik dilayar hp, mungkin aku sedang memaksakan diri untuk keluar karena cuaca sedang dingin, 22°c cukup digin untuk ku tapi tidak dengan yang lain, buktinya mereka terlihat nyaman mengayuh sepeda dengan satu tangan dan tangan lainnya sibuk memegang payung. Tubuh yang hanya berbalut kaos tipis berlengan pendek bahkan ada yang tidak berlengan nampak nyaman diterpa udara yang semakin kencang dari hasil kayuhan sepeda. Dan yahh hanya aku seorang diri yang menggunakan sweater berwarna biru cerah dan kaos kaki navy. Keberadaan ku sukses membuat mereka yang lewat menoleh. Mungkin pikir mereka aku aneh, menggunakan pakean kedodoran dimusim panas yang diguyur gerimis ini. Lebih tepatnya salah kostum! pakean yang ku gunakan lebih tepat digunakan saat musim gugur nantinya bukan musim panas seperti hari ini. Ahh tak apalah, yang terpenting tubuh ku tetap hangat dengan begini. Mungkin, jika nanti musim gugur dan musim dingin telah menyapa, akan ku gendong selimut kemanapun aku pergi. Sungguh, aku tak tahan dingin, ac pun aku tak sanggup bahkan sesekali menggigil karena dinginnya kipas angin yang terlalu kencang berputar, silahkan jika ingin mengatai ku 'orang kampung' aku mulai terbiasa mendengarnya🙈




Malam tadi, untuk pertama kalinya aku berjalan keluar melihat kota stukuba dimalam hari. Aku tercengang, mungkin lebih tepatnya terpesona betapa indahnya kota yang tengah ku pijak ini. Kota ini tak sepopuler Tokyo sebagai ibu kota ataupun Osaka dan Nagasaki yang sering mampir ditelinga kita. Orang asing tidak banyak yang tertarik dengannya apalagi bagi warga indonesia. Kota ini lebih populer bagi mereka para pejuang beasiswa. Ya, university of Tsukuba adalah universitas yang pelajar asingnya paling banyak di jepang. Ada begitu banyak orang asing dari berbagai negara seperti Rusia, Canada, Cina dan Korea mengingat sistem pendidikan di negara ini luar biasa. Mahasiswa indonesia sendiri jika di hitung sekitar 100 orang yang kini sedang berstatus mahasiswa di university of Tsukuba dan akan berjumlah sekitar 200orang jika ditambah dengan anggota keluarga mereka seperti anak dan suami.

Sebagai informasi, saat ini aku sedang menghabiskan waktu liburan ditempat kakak sepupu yang melanjutkan kuliahnya disini, sungguh bangga kakak mampu menembus sulitnya beasiswa LPDP dan berakhir di kota mengagumkan ini. Dan tentu, aku hanya berstatus tamu bukan mahasiswa. kalian bisa cek visa ku disana akan tertulis 'visa undangan' bukan visa tinggal :D tolong jangan lagi meminta ku untuk ikut melanjutkan pendidikan disini, sungguh toefl ku tak mencukupi🙈

Aku amat bersyukur bisa sampai dinegara ini tanpa harus mengeluarkan sepeser rupiah pun, beberapa kawan sempat berkata iri pada ku, tapi taukah mereka, satu hal yang ku yakini akan keberadaan ku disini saat ini, adalah karena izin-Nya. Akupun tak pernah berani bermimpi untuk sampai kenegara ini, menggunakan mesin terbang untuk yang pertama kalinya. Dan ku rasa, ini adalah hadiah dari-Nya, hadiah perkenalan kami. Memang benar, setelah setahun lalu memutuskan untuk kembali mengenal-Nya jauh lebih dalam, hidup ku kemudian berubah 80°. Aku bersyukur, Dia mau mengetuk pintu yang telah lama beku karena dunia dan setelah hari bersama-Nya, aku merasakan begitu banyak cinta bahkan kini air mata pun terasa nikmat :)


Udara semakin dingin saja, tapi aku tetap memilih mengayunkan ayunan yang sedang ku duduki saat ini, kata kakak esok akan ada badai paling besar sepanjang tahun ini maka aku takkan bisa kemana-mana esok hari, setiap tahunnya di Jepang akan terjadi badai sebanyak 27x mungkin akan lebih atau kurang tapi jumlah tiap tahunnya tidak akan jauh berbeda dan besok akan menjadi badai ke 21 juga badai terbesar tahun ini. Sehingga hari ini meski diguyur gerimis dan diterpa udara dingin kaki ku tetap ingin berjalan mencari hal baru lagi yang bisa ku ketahui tentang tempat ini. Ya, setiap harinya aku belajar hal baru ada begitu banyak fakta² unik, menarik bahkan mencengangkan yang ku peroleh. Aku begitu bersemangat mencari tau hal-hal yang belum ku ketahui disini dan akan ku bagikan lewat setiap ketikan jari ku nantinya. Misalnya fakta bahwa air disini sangat steril dan bisa langsung diminum begitu saja bahkan untuk air di toilet umum sekalipun, jadi jika sedang kehausan dan tak punya uang ditempat umum, carilah toilet dan minum airnya :D setiap harinya aku meminum air keran untuk cuci piring cukup mengambil gelas, menyalakan keran lalu minum :D setidaknya satuhal yang harus kami syukuri, tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli air minum karena biaya hidup disini sangat menyesakkan kantong! untuk menikmati sepiring shusi yang berisi dua potong  saja harus mengeluarkan uang tigabelas ribu rupiah :( tentu perut tidak akan kenyang jika hanya dua iris shusi bukan?

Dan ah ya! orang jepang sangat sedikit yang mahir berbahasa asing bahkan inggris sekalipun. mereka terlalu mencintai negaranya sendiri, maka ketika tubuh ku tidak sengaja didorong oleh seorang gadis jepang, aku tak tau cara membalas kata maafnya yang dilontarkan dengan bahasa jepang, aku hanya mampu memberinya senyum dan gerakan tangan bahwa aku tak apa-apa 😅

Udara semakin dingin saja, sepertinya aku harus kembali masuk ke apartemen jika tidak aku bisa membeku kedinginan disini, atau mungkin kakak sudah mengira aku hilang karena tak tau jalan 🙈

Oh iya, mohon maaf dengan keadaan foto² diatas yang kurang menarik atau blur! aku bukan seorang fhotografer handal seperti beberapa kawan ku yang selalu sukses mengabadikan potret indah lewat lensa hpnya aku juga bukan treveler yang gemar treveling kebanyak tempat, maka mungkin tak banyak tempat yang bisa ku bagikan. Aku hanya gadis biasa yang senang mengabadika moment melalui rangkaian kata. Bagi ku, setiap kali membaca kisah perjalanan ku dimasa lalu, aku akan kembali teringat pada rasa, suasa, bahkan detik yang sama. Berbeda dengan sebuah foto yang ku pandangi, mata ku hanya akan melihat keindahan tapi tidak mengingat perjuangan untuk sampai pada keindahan itu.

Ini sepenggal kisah ku hari ini,
doakan esok jemari ku kembali diizinkan untuk merangkai kata :)

Dan benar saja, baru saja ingi kembali pulang, kakak sudah menyusul ke taman ternyata sejak tadi mengirim pesan pada ku alamat tempat tinggal kami, katanya kakak mulai panik mengira aku nyasar entah dimana 🙈
bagaimana tidak, pertama kali bagiku jalan sendirian disini :D apalagi aku tak kembali selama dua jam😅


-Ayy-
diatas ayunan, dibawah gerimis.
Tsukuba, 2018

Negeri Sakura

Ditulis, 03 September 2018



Udara panas menyambut kedatangan ku di kota ini, suhu mencapai 27°c membuat tenggorokan terasa kering dan tetes keringat bercucuran membasahi pakean yang tengah membalut tubuh ku. Ku rebahkan tubuhku seketika di lantai kayu yang telah dilapisi entah apa namanya. Ya, tubuh ku kelelahan setelah duduk diam selama tujuh jam dimesin terbang dan kembali harus menempuh perjalan dua jam untuk benar-benar tiba dikota ini, Tsukuba tempat ku mengayunkan jari diatas keyboard hp saat ini.

Ini adalah hari ketiga aku berada dikota ini, sebuah kota yang bisa ditemukan dalam peta negara Jepang. Sore ini cuaca amat mendung, sejak kedatangan ku beberapa hari yang lalu hujan terus hadir sesekali memberi ruang pada gerimis udara dingin menyergap memberikan sensasi dingin dimalam hari dan sukses membuat ku mengencangkan pelukan selimut.

Untuk beberapa orang, hawa dingin ini hanyalah sebuah hawa dingin namun berbeda dengan ku yang memiliki alergi dingin. Dinginya seolah memaksa ku untuk mencari sumber kehangatan jika tidak, batuk yang sejak tadi hadir sebagi efek dari rasa dingin yang ku rasakan tak akan mau angkat kaki.

Tsukuba, sebuah kota yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya menginjakkan kaki disini, dahulu kota ini hanya mampir pada gendang telingaku, mendengarkan cerita yang kakak sepupu dan keponakan ku bawa setiap kali mereka kembali ke tanah air.

Tsukuba, sebuah kota yang menjanjikan ketenangan, mungkin juga melupakan.

Yah, aku amatlah lelah dan ku rasa ini adalah waktunya untuk mengistirahatkan hati dari hiruk piruk kota Metropolitan seperti Makassar.

Namun, baru tiga hari disini rasa rindu sudah mengekang ku, ahh aku rindu rumah!


Aku rindu mamah yang selalu bisa ku ajak berbagi hal apapun itu, aku rindu belaiannya dipunggung ku ketika sedang sakit atau sulit tidur. Aku rindu bapak yang meski malu-malu mengungkapkan rindunya, namun dalam kesempatan apapun dirinya selalu mencuri-curi kesempatan menggenggam jemariku seakan memberi ruang tertutup bagi siapapun lelaki diluar sana yang ingin menyakiti ku. Hei, aku anak gadis berharga bapak satu-satunya, tentu saja! kakak satu-satunya yang ku miliki telah menjadi istri orang dua tahun lalu dan telah memberi ku seorang keponakan menggemaskan dan satu-satunya adik ku yang sudah seperti kakak tingkahnya adalah seorang anak lelaki remaja. Maka, tersisa akulah anak gadis bapak yang selalu dirindukannya.


Bagaimana tidak, sejak dulu kami terbiasa LDR. Sejak SMA aku hidup jauh dari orang tua, hanya bisa pulang seminggu sekali dihari sabtu siang dan dihari minggunya bapak dan mamah akan mengantarkan ku kembali ke asrama, tempat ku menghabiskan tiga tahun kisah sma dengan semua bumbu dan dramanya. Pulang ke rumah hanya untuk mencuci pakaian kotor selama seminggu yang menumpuk dibawah ranjang asrama, terlalu sedikit waktu untuk merajut kemesraan bersama mereka. Mamah yang telah bekerja seharian dimalam minggu lebih memilih tidur lebih awal dan bapak tidak jauh berbeda. Kala itu kakak ku masih berstatus anak rantau di kota Makassar berstatus mahasiswi sedangkan adik ku terlalu sibuk bermalam minggu dirumah tetangga bersama teman-temannya.

Sedangkan aku?
Setiap kali kembali ke rumah lebih memilih menghabiskan waktu malam minggu ku bermain hp yang tidak bisa ku sentuh sedikitpun ketika berada di asrama.

ahh betapa rindunya aku pada mereka, bahkan dihari pertama kedatangan ku aku telah merindu! padahal dulu rasanya tak seperti ini, saat merantau ke kota Makassar untuk merasakan hitam putih bangku kuliah.


Harusnya aku tak semelow ini sekarang, mengingat terpisah jauh dari mereka bukanlah hal baru untuk ku bahkan ketika masih berstatus mahasiswa kemarin, tidak jarang aku hanya bisa pulang enam bulan sekali ketika libur semester itupun tak seberapa akibat telah dikurangi dengan jadwal pbl dan kkn yang dilakukan diwaktu libur.

Kami terbiasa terpisahkan oleh jarak, ribuan kilometer terbentang diantara kami. Tapi entah apa yang mengusik rindu ku saat ini.

Aku hanya Rindu,
benar-benar rindu.

pada Rumah,
pada penghuni di dalamnya,
dan pada satu buah nama yang terus ku lampirkan.


Ahh~ semoga saja disana mereka baik,
Rindu juga doa ku memeluk mereka sekarang, ditempat ku berada ditemani gerimis dan udara dingin yang ku coba ajak berkenalan.



-Ayy-

Tsukuba, Japan 2018



Minggu, 01 Juli 2018

Aku ingin, TAPI :(

Menanggapi DM yang masuk di ig Catatan Ayy, ada beberapa curhatan yang masuk kalau mereka sebenarnya sudah punya niat untuk hijrah tapi sayangnya mereka masih takut, mereka tidak yakin, mereka merasa diri meraka tidak pantas, masih banyak dosa, pecicilan, suka selfie, lingkungan tidak mendukung, nah, disi Ayy mau melanjutkan kisah hijrah Ayy dipostingan sebelumnya. Ayy akan berbagi kisah-kisah sebelum hijrah yang kisahnya hampir mirip dengan apa yang shalihah amalami saat ini.

Dengan proses hijrah yang begitu cepat, begitu tiba-tiba, terjadi dalam semalam, tentu akan menyisakan tanda tanya, ‘Ada apa?’ ‘Mengapa tiba-tiba?’ tidak hanya teman-teman tapi juga keluarga. Butuh mental yang kuat, butuh kesabaran lebih untuk menanggung tatapan aneh orang-orang, tiba-tiba menjadi pusat perhatian, dicibir orang, dikatakan ini, dikatakan itu. Ditanya ini, ditanya itu, tapi itulah proses. Ada nikmat didalamnya.

Alhamdulillah, Ayy punya seorang sahabat. Dia seorang yang taat sejak kecil, tidak pernah menyentuh dunia pacaran, menggunakan pakean syar’i, sejak dulu kenal dengan dia buat Ayy, dia benar-benar mencerminkan seorang perempuan dalam islam. Sejak maba kami sekalas, awalnya agak risih untuk kenal dekat dengan dia, karena buat Ayy, Ayy islam tapi tidak mau fanatik dan tidak cocok menjadi seperti dia. Khadarullah, dipertemukan dibanyak kesempatan dengan dia dan akhirnya menjadi dekat hingga sekarang (Alhamdulillah).

Setelah mengenal dia lebih dalam, pandangan Ayy tentang dia berubah. Dia sama seperti Ayy, dia perempuan biasa yang juga bisa salah, dia remaja biasa yang mau menikmati hidup, tapi satuhal yang istimewa dari dia adalah, dia tidak pernah sekalipun memamerkan ilmunya, dia tidak pernah mengelurkan hadis untuk kekeliruan yang orang lain lakukan, padahal dia memiliki ilmunya. Ada banyak sekali ilmu yang dia punya tapi sekalipun dia tidak pernah menjatuhkan orang lain dengan ilmu yang dia miliki. Tapi dia, memberikan contoh dengan perilakunya.
Untuk Ayy, dia sosok yang sangat luar biasa.

Sempat beberapa kali Ayy dengan beberapa teman yang lain bilang begini “Saya juga mau ji kayak dia, TAPI malu ka pake baju besar begitu, tidak cocok muka ku, pecicilan ka, masih bolong-bolong shalat ku, masih suka ka makan berdiri” dan masih banyak lagi kalimat TAPI lainnya. Dan ketika kami berbincang seperti itu dihadapan dia, dia selalu saja diam tidak berkomentar.

Dulu, Ayy selalu bertanya-tanya ‘kenapa dia diam ketika kami membahas tentang agama, tentang hijrah, sedangkan harusnya dia yang paling banyak bicara karena kami hanya sok tau sedangkan dia memiliki ilmunya’. Hanya satuhal yang selalu dia tekankan untuk kami saat bersama dia, SHALAT. Meskipun di akhir waktu, tapi harus tetap melaksanakan shalat.

Sebelum bertemu dengan hidayah Allah, beberapa hari sebelumnya Ayy pernah bilang didepan dia dan tiga teman yang lain kalau Ayy mau berubah. Ayy mau jadi orang baik, Ayy capek dengan dunia, terlalu melelahkan. Dan dia, hanya diam saja. Pada saat itupun hanya sebatas niat dihati dan diucapan, sama sekali tidak ada tindakan yang mencerminkan kalau Ayy benar-benar ingin mengenal Allah, tidak pula ingin menggunakan pakean syar’i, HANYA INGIN MEMPERBAIKI DIRI.

Satu hal yang baru Ayy sadari, waktu itu adalah PERTAMA KALINYA Ayy mengatakan ingin mengenal Allah TANPA kata TAPI. Dan tanpa sadar, tertanya saat itu adalah satu langkah Ayy berjalan menuju kapada Allah. Dan beberapa hari setelahnya, Allah datang, Allah berlari kearah Ayy, membawa hidayah-Nya. Pada saat itu, Ayy membuka pintu hati Ayy lebar-lebar, Ayy mempersilahkan hidayah itu datang, tanpa ada kata TAPI sedikitpun.

Dari kisah yang Ayy alamai sendiri, Ayy belajar. Bahwa, satu langkah yang kita beri untuk mendekat kepada Allah, maka Allah akan datang dengan seribu langkah kepada kita. Tanpa sadar semua kata TAPI yang selalu kita keluarkan adalah bentuk hijab (pembatas), tembok yang kita bangun sendiri untuk menghalangi langkah kaki kita semakin dekat kepada Allah.
Mari kita mengurangi kata TAPI. Cukup kita menganggap diri kita bukan orang baik, karena kita diciptakan baik oleh Allah, kita semua adalah orang baik hanya saja kita lupa kalau kita adalah orang baik.

Tulisan-tulisan yang Ayy buat, sama sekali bukan ingin sombong, memamerkan kisah hijrah Ayy, tapi ini adalah salah satu bentuk pertanggung jawaban Ayy terhadap janji yang sudah Ayy ikrarkan kepada Allah malam itu.Yang Ayy bisa hanyalah menulis, maka, Ayy akan terus menulis, entah akan dianggap alay, lebay, sok suci.

Untuk kalian semua yang sedang berjuang untuk bertemu dengan hidayah Allah, semoga tulisan Ayy ini bisa menemani, menguatkan, meringankan langkah kaki kalian. Tidak ada satupun jalan hijrah yang mudah. Maka teruslah berusaha, teruslah mengejar hidayah sampai engkau menemukannya.

Sabtu, 30 Juni 2018

Berjumpa Hidayah

Selepas badai dan pergolakan batin berkepanjangan tentang dunia, malam itu.. selepas isya, Ayy kembali berselanjar di dunia instagram. Niat awal hanyalah untuk melepas penat. Menscari kesenangan sesaat dan mengalihkan pikiran. Entah mengapa, di explorer intagram kala itu banyak sekali menampilkan sosok seorang tafiz qur’an yang kala itu sedang ramai dibicarakan.

Kala itu Ayy sama sekali tak tau dia, tidak pula tertarik ingin tau tentang dia. Entah angin dari mana, Ayy tiba-tiba saja ingin mengunjungi intagram miliknya. ‘Biasa saja’ pikir Ayy kala itu. Tidak ada niat untuk meng-klik tulisan follow. Hanya saja, sebuah foto dari ratusan foto miliknya menarik perhatian Ayy. Dalam foto itu, berisi gambar diri hafiz tersebut bersama tiga orang kawannya. Namun satu wajah dari tiga orang kawannya mengalihkan fokus Ayy, tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosoknya hadir.

Dan pada akhirnya Ayy berujung pada instagram miliknya. Sebut saja dia ‘M’. Dalam akun M, semuanya biasa-biasa saja, tapi anehnya Ayy terus ingin mencari lebih jauh postingan lamanya entah apa yang Ayy cari malam itu. Sampai dipostingan-postingan lama milik M, ada sebuah video milik M yang merubah diri Ayy malam itu.

Semuanya berubah. Hanya dalam satu malam, Ayy menemukan siapa Ayy. Untuk apa Ayy ada didunia ini dan untuk apa Ayy hidup.

Sebuah video pendek menampilkan seorang ikhwan membacakan surah Yusuf ayat 11-12. Tidak ada yang istimewa sebenarnya dalam video itu. Biasa saja. M hanya melantunkannya dengan suara merdu. Tapi anehnya, ada gejolak juga debaran dalam dada. Malam itu, atmosfer kamar seakan berubah. Seakan-akan Ayy berada ditempat yang berbeda, sangat berbeda, sebuah tempat yang asing. Dulu, Ayy termasuk orang yang malas mendengarkan lantunan ayat Al-qur’an.

Hanya saja malam itu berbeda, video yang nampilkan M melantunkan surah Yusuf seakan melekat ditelinga. Ayy tidak ingin mengakhirinya. Ayy terus mendengarkannya berulang-ulang, dan tanpa sadar air mata Ayy jatuh kalau itu. Hanya setetes. Tapi, debaran dalam dada semakin kencang. Tubuh Ayy tidak mampu Ayy kendalikan. Seakan mencari sesuatu. Entah ide dari mana, Ayy memutar surah Ar-Rahman melalui note book. Dan pada ayat pertama surah Ar-Rahman, Air mata Ayy tumpah seakan tidak mampu terbendung lagi. Ayy bertanya-tanya ada apa ini? Sama sekali tidak ingin melawan gejolak yang ada.

Menutup kedua mata, meresapi tiap ayat surah Ar-rahman. Tiba-tiba saya, kedua mata Ayy diajak untuk kembali menganang perjalan hidup Ayy. Ayy mengingat kembali semua hal, semua dosa, semua kesalahan, sesua kekiliuan, semua kejadian yang pernah terjadi dalam hidup Ayy.

Semua hal itu seakan ditaruh dikedua pundak Ayy, terasa berat, sangat-sangat berat. Sekan tidak mampu memikulnya sendiran. Masih dengan air mata yang terus mengalir, bibir Ayy mengucap maaf dengan lirih. Malam itu, satu persatu, dihadapan Allah, ditemani lantunan surah Ar-Rahman, Ayy mengakui semua kesalah dan dosa yang telah Ayy lakukan selama hidup. Meminta ampun, berkali-kali kata maaf terucap, mengingat betapa seringnya Ayy menunda shalat bahkan sampai dengan sengaja tidak melaksanakannya. Setiap satu pengakuan dosa yang terucap, seakan satu beban dipundak terangkat. Malam itu, Ayy menyadiri. Ayy keliru, selama bertahun-tahun hidup didunia ini yang Ayy kejar hanyalah DUNIA semata. Mengejar PUJIAN orang lain, mengejar GELAR, segalanya tentang dunia, dunia, dunia, dan DUNIA.

Pertanyaan demi pertanyaan menghampiri,
‘Untuk apa engkau hidup?’
‘Engkau habiskan untuk apa waktu mu?’
‘Bekal apa yang akan engkau bawa jika esok hari adalah hari kematian mu?’

Bibir terkunci rapat. Tidak satupun kata mampu terucap, bahkan kata maaf sekalipun. Satu-satunya hal yang bisa Ayy lakukan saat itu adalah menangis dan menangis. Malam semakin larut, waktu kala itu menunjukkan pukul 11.47 malam, Ayy mengambil sebuah kertas putih polos dan sebuah pensil.

Masih ditemani lantunan surah Ar-Rahman, Ayy menulis sebuah surat untuk Allah. Surat yang disulis oleh tangan yang bergetar, mata yang terus mengalirkan air. Sebuah surat yang berisi janji pada-Nya. ‘Ayy, ingin kembali pada-Nya, ingin mendekat dengan-Nya, ingin menjadi hamba-Nya yang taat’. Sebuah janji yang akan terus Ayy pegang hingga mati (Aamiin).

Malam itu, disaat orang-orang terlelap tidur, Ayy mengembangkan senyum. Pertama kalinya dalam hidup, Ayy merasakan ketenangan, kenikmatan, kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Begitu tenang, seakan tak ada beban, seakan diri ini terlahir kembali. Begitu nikmat, kenikmatan yang tak bisa disandingkan dengan kenikmatan-kenikmatan yang pernah Ayy rasakan. Begitu bahagia, seakan Ayy menemukan harta yang luar biasa, menemukan diri Ayy yang sesungguhnya.

Malam itu adalah perjalanan spiritual yang sangat luar biasa. Hanya dalam semalam, segalanya berubah. Allah datang memeluk, Allah datang merangkul, Allah memberikan maaf-Nya, Allah memberikan kasih sayang-Nya. Ketika mengingatnya kembali, sama hanya seperti saat menulisakan kisah ini, senyum tidak mampu Ayy sembunyikan. Betapa bersyukurnya Ayy dilahirkan sebagai seorang muslim, betara bersyukurnya Ayy bisa mengenal-Nya dan ingin terus mengenal-Nya.

Satu hal yang bisa Ayy katakan pada kalian, ‘Selangkah kalian mendekat kepada Allah, Seribu langkah Allah datang menghampiri kalian” bukan tanpa alasan Ayy mengatakan hal itu. Karena Ayy telah membuktikannya sendiri. “Ketika kalian memiliki niat dalam hati untuk mengenal Allah lebih jauh, ketahuilah saat itu Allah sedang berjalan menuju kalian. Tugas kalian hanyalah tidak mengatakan kata tapi, agar Allah tidak kembali menarik langkahnya dari kalian. Jangan memeberikan penolakan pada hidayah yang Allah berikan, karena hidayah harus kalian cari, harus kalian hampiri, harus kalian kejar. Hidayah sedang menunggu kalian saat ini. Menunggu kalian membuka pintu hati. Jangan pernah mengunci pintu hati kalian, agar Allah, mampu menjumpai dan memeluk kalian disana